Menapak Langkah
Perempuan yang baik sungguh tak pernah menghendaki untuk menjejakkan kesan pada setiap hati laki-laki yang dikenalnya. Barangkali. Ia berlaku baik sebagaimana ia mengartikan kata baik itu sendiri. Tetapi laki-laki memang mudah terkesan pada perempuan yang demikian. Itu fakta, dan itu fitrah.
Tepat saat dia melewati wilayah kediaman seseorang yang dia kenali. Seorang laki-laki yang ia tahu pernah menempatkan namanya pada hatinya. Tiba-tiba ia kembali merasakan sensasi perasaan gelisah itu lagi. Tentang harus bagaimana selanjutnya ia harus berbuat. Memang laki-laki itu tak memberitahunya secara jelas bahwa ia menyukainya. Tetapi perempuan itu tahu. Sungguh bukan hal menyenangkan jika kamu dapat mengetahui sesuatu sebelum kamu diijinkan untuk mengetahuinya. Seakan kamu dituntut menyelesaikan masalah saat itu juga padahal masalah itu sebenarnya belum terjadi. Setidaknya, menyusun rencana solusi.
Ada yang mengganggu pikirannya. Jika laki-laki itu menyukainya, haruskah ia memutuskan untuk menyukai laki-laki itu juga? Sejenak kemudian ia berpikir, ia tak pernah menghendaki laki-laki itu menyukainya. Maka harusnya berlepas diri dari hal ini. Bukankah aku tidak perlu bertanggung jawab atas yang bukan perbuatanku? Begitu katanya membela diri.
Walau begitu ia masih gelisah. Ia tahu si laki-laki begitu sebab terlanjur mengetahui dengan sendirinya bahwa dia perempuan baik. Lalu berlakulah demikian.
Ia perempuan lemah. Ia gelisah. Adakah ia salah memutuskan menjadi perempuan baik? Ia hanya tahu bahwa setiap perempuan diharuskan menjadi baik. Tetapi mengapa kebaikannya justru mendatangkan ketidakbaikan? Hampir saja ia melupakan azam yang ia sampaikan pada ibunya, bahwa ia tak akan lagi bermain hati sampai pada suatu batas masa.
Tatap matanya kembali ke masa kini, memandang deretan pepohonan di tepi jalan yang terlewati. Ia tertawa kecil, membayangkan ia pernah merasa segelisah itu. Membayangkan ia pernah berputus asa pada jalan prosesnya.
Ia telah menetapkan dirinya sebagai penyuka perjalanan, untuk itu ia tak boleh menggantungkan kebahagiaannya pada tujuan semata. Tujuan memang seharusnya ditetapkan, namun ia pun harus mampu menemukan bahagianya saat menghadapi jalanan dan menikmati cerita pada setiap langkahnya.
Terminal Bojonegoro, 10 Mei 2018 15.00 WIB, dalam perjalanan menuju Kota Malang.
Komentar