December 22, 2015
"Awan di langit malam ini bagus sekali."
"Iya. Sayangnya tak ada bintang."
"Ada kok bintangnya. Di sana. Hanya tidak terlihat saja."
"Yah, itu sama saja." -_-
"Tidak, itu tidak sama. Bintang-bintang itu ada, di sana. Kamu mengatakan seperti itu karena kamu tidak dapat melihatnya saja, karena bintang-bintang itu tertutup awan. Tunggulah sebentar saja, saat awan itu bergerak dan kamu akan segera melihat mereka."
"Iya. Sayangnya tak ada bintang."
"Ada kok bintangnya. Di sana. Hanya tidak terlihat saja."
"Yah, itu sama saja." -_-
"Tidak, itu tidak sama. Bintang-bintang itu ada, di sana. Kamu mengatakan seperti itu karena kamu tidak dapat melihatnya saja, karena bintang-bintang itu tertutup awan. Tunggulah sebentar saja, saat awan itu bergerak dan kamu akan segera melihat mereka."
Beberapa hari terakhir, entah mengapa aku merasa lebih buruk. Ingatan-ingatan di masa gelapku kembali menghantuiku. Di saat-saat inilah aku seringkali melamun, membuang banyak masaku dengan memikirkan hal-hal yang hanya terjadi dalam khayalku. Semua tidak mungkin, aku tahu. Tapi aku merasa tidak bisa berhenti memikirkan semua itu. Melelahkan? Tentu saja. Sungguh.
Di saat seperti ini aku merasa jauh dari kebaikan Tuhan. Aku mulai berpikir bahwa Tuhan sedang mengabaikanku dan membiarkanku berjalan keluar dari jalan-Nya. Aku tersesat, dan aku dibiarkan tersesat! Dan semua khayalan burukku membuat pikiranku semakin keruh saja.
Aku mencoba melakukan pemikiran ringan terhadap apa yang sedang terjadi di hadapanku, membuat kiasan-kiasan logis untukku berusaha keluar darinya.
"Sama halnya ketika kamu merasa jauh dari kebaikan Tuhan. Kamu mengatakan seperti itu karena kamu sedang berputus asa saja, sedangkan kamu mengetahui kebaikan Tuhanmu meliputi segala yang di langit dan di bumi. Keputus asaanmu lah yang membuatmu tidak dapat melihat segala kebaikan-Nya. Cobalah sedikit bersabar dan berpikir baik tentang Tuhanmu, dan lihatlah bagaimana kamu akan merasa baik-baik saja."
Komentar