Mengantuk Saat Membaca


Ada satu kalimat yang sejak mendengarnya, saya jadi merasa..gimana ya, tersinggung, tapi juga malu. Seperti ini bunyinya, “Jika kamu merasa sulit tidur di malam hari alias insomnia, mengajilah.” Jadi, fungsi lain dari mushḥaf Al-Qur’an itu sebagai obat tidur?

Untunglah, kalimat tersebut segera mendapat revisi. Beberapa waktu setelah itu saya mendengar teman saya mengeluh, “Sil, gimana sih biar bisa belajar dengan durasi yang lama? Aku tuh kalau baca buku nggak pernah bisa lama, belum ada setengah jam mesti udah ngantuk.”

Mengantuk ya?

“Iya, Sil, ngantuk. Udah menguap-nguap gitu.”

Dalam hati saya merasa lega, ternyata mushḥaf bukan satu-satunya benda berjilid yang beralih fungsi sebagai obat tidur. Hampir saja saya mengangkat hipotesis nol: Beralih Fungsinya Mushḥaf Al-Qur’an Sebagai Obat Tidur Sebab Syaithan Memang Suka Mengusili Manusia yang Sedang Beribadah.

Eh maaf, jadi ngaco. Lagipun mana ada penelitian yang mau menerima hal yang bersifat ghaib semacam itu? Walaupun saya sendiri juga curiga, karena saya pun sering merasa mengantuk tiap akan mengaji, tetapi mata saya merasa segar kembali ketika mushḥaf tersebut saya letakkan dalam keadaan tertutup, alias batal mengaji.

Sebelumnya mari kita identifikasi dahulu apa itu mengantuk. Dalam KBBI mengantuk berasal dari kata dasar kantuk yang mendapat imbuhan awal me-. Mengantuk berarti berasa hendak tidur. Salah satu indikator seseorang itu mengantuk yang populer ialah menguap.

Tapi pernah nggak sih kamu tiba-tiba menguap di suatu situasi, padahal kamu tahu betul bahwa kamu tidak sedang mengantuk/kurang tidur? Misalnya ketika kamu berada di ruangan yang penuh sesak dengan orang-orang, ketika kamu merasa bosan. Atau ketika mendengar ceramah dosen di kelas. Ya kali aja sih, soalnya saya punya teman yang sering ketiduran di kelas walaupun dia duduk di bangku deretan paling depan, tepat di depan dosen (padahal dia memiliki jadwal tidur yang normal).

Ternyata menguap terjadi bukan semata-mata karena mengantuk.

Saya pernah mendengar, jika kamu susah tidur, coba tarik nafas kemudian tahan, jangan langsung dikeluarkan. Katanya karbondioksida yang tertahan sementara di dalam tubuh dapat menyebabkan kantuk. Jika pernyataan ini dibalik, berarti proses menguap secara umum terjadi ketika otak kekurangan pasokan oksigen. Seperti ketika berada di tempat yang penuh orang yang berdesakan, dapat dibayangkan dengan berapa banyak orang kamu berbagi oksigen yang tersedia di tempat tersebut. Makanya sering terjadi kasus orang pingsan di tengah-tengah kerumunan. Ketika merasa bosan pun, atensi (perhatian)mu terhadap situasi sekitar jadi menurun, detak jantung melamban, yang menyebabkan oksigen yang masuk ke tubuh hanya sedikit. Menguap deh.

Atau keluhan teman saya di atas (dan juga saya pribadi) ketika membaca buku, terutama buku teoretik, mungkin ketika membaca kita terlalu fokus berusaha memahami isi buku tersebut, dan saking fokusnya kita tidak memperhatikan pola pernafasan kita, apakah kita sudah bernafas dengan cukup. Saya sendiri baru menyadari bahwa ketika membaca buku/teks apapun saya hanya menarik nafas ala kadarnya, lebih lamban dari biasanya. Barangkali itu sebabnya saya menguap, yang saya kira mengantuk, padahal ketika bukunya sudah balik ke rak, kantuknya hilang. Kan kezel. Barangkali ini juga yang terjadi pada teman saya yang suka ketiduran di kelas.

“Gimana, Sil?”

Gimana ya? Kalau benar menguap (yang selama ini kamu kira mengantuk) itu gara-gara otak kekurangan pasokan oksigen, mungkin solusinya adalah mengatur pola pernafasan. Bisa saja tiap 15 menit sekali kamu letakkan sebentar buku yang sedang kamu bawa dan menarik nafas panjang sebanyak-banyaknya. Ini bisa berfungsi seperti ketika kamu me-refresh komputermu ketika lemot. Alternatif lain, yang sering saya lakukan juga, adalah sedia air putih di sebelahmu saat membaca, kamu bisa meminumnya ketika mengantuk atau hanya mengusapkannya di telapak tanganmu (penemuan tidak sengaja saya, ketika membasahi telapak tangan, kantuk saya jadi hilang). Saya sih tidak merekomendasikan untuk minum kopi atau minuman berkafein lainnya, karena dari beberapa pengalaman saya setelah minum kopi rasanya tidak menyenangkan. Memang sih, kafein bisa menyebabkan jantung berdegup normal sebagaimana orang terjaga, sehingga tubuh merasa tidak membutuhkan tidur. Tapi mata nggak bisa bohong, pasti rasanya perih ingin memejam, apalagi jika tubuh memang tengah kelelahan dan butuh istirahat.

Tentu ini hanya sekadar tips hala ngawur saya sih, yang harapannya juga cocok bila dipraktekkan oleh orang lain. Kalau kamu berharap akan mendapatkan penjelasan ilmiahnya secara rinci, maaf, saya bukan seorang ahli fisiologi apalagi neurologi. Yang pasti jangan lupa prioritaskan istirahat yang cukup. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Idza Ma Qala Li Rabbi

Yang Bisa Didapatkan Dengan Lima Ribu Rupiah

Filosofi 'Adang Sego'