Dingin

Ada masa ketika hasrat begitu menggebu, begitu percaya dirinya dan yakin sehingga bertekad untuk tak akan melepas apa saja yang telah kuputuskan untuk kukejar, apapun yang terjadi.

Namun juga ada waktu, untuk berhenti mengejar apa yang sudah telanjur terlepas.

Wes tala. Sudahlah. Biarkan saja.

Dulu, kata ini selalu manjur untuk mendamaikan diriku. Kusebut diriku dan bukan hatiku, sebab aku tak tahu bagian mana tepatnya yang sedang kacau. Hatiku kah? Pikiranku kah? Entah. Tak penting juga mengidentifikasi mana bagian yang sedang kacau, sebab pada akhirnya sama, sama-sama suatu bagian dari diriku yang perlu dirapikan segera, oleh diriku sendiri juga.

Hei, akhir-akhir ini pagi sangat dingin, bukan?

Oh iya, kamu ada usulan tentang cara yang lebih efektif untuk merapikan bagian diri yang koyak? Jangan sebutkan kalau saranmu adalah mencari satu lagi yang baru. Itu hanya akan memperburuk situasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Idza Ma Qala Li Rabbi

Yang Bisa Didapatkan Dengan Lima Ribu Rupiah

Filosofi 'Adang Sego'