Cinta Monyet
Kepada sahabat lama,
Ini adalah tahun ke-3 kota Cepu hidup tanpa kehadiranmu. Ya, semua memang berjalan baik-baik saja. Namun mungkin ada satu dua hati yang terasa hampa semenjak kamu memutuskan untuk kembali ke kota kelahiranmu, Tulungagung. Kamu baik-baik saja bukan? Aku sering mendapat salam darimu melalui Widia. Terkadang aku tertawa saat menerima salam darimu, sebegitunya kah kamu mengingatku? Haha, wajar saja lah ya, kita kan sahabat?
Ada banyak hal yang masih ku ingat, walau semua sudah berlalu lebih dari 6 tahun yang lalu. Persahabatan kita, semua hal yang kita lakukan bersama. Kamu yang selalu memilih jalan pulang yang searah denganku, padahal ada jalan yang lebih dekat menuju rumahmu. Bermain dan belajar bersama sepulang sekolah, kamu selalu memintaku untuk masuk di kelompok belajarmu. Bahkan saat malam pun kamu rela datang ke rumahku untuk mengerjakan PR bersama. Padahal seingatku aku bukanlah siswa terpandai di kelas, lagi pula jarak rumahku ke rumahmu adalah yang paling jauh dibandingkan teman-teman yang lain. Dan masih banyak lagi hal yang kita lalui bersama yang bikin teman-teman lain iri dengan persahabatan kita.
Satu peristiwa yang sampai saat ini aku sesali, saat aku batal untuk menemanimu masuk di SMP N 3 Cepu. Padahal dulu akulah yang paling bersemangat mengajakmu untuk bersekolah di sana, dan aku berjanji akan terus bersama. Kita mendaftar bersama, mengikuti tes seleksi, dan akhirnya diterima. Tapi aku terpaksa mengundurkan diri karena aku harus mengikuti orang tuaku pindah ke Padangan. Dan begitulah akhirnya, kamu melanjutkan ke sana sendiri, sedangkan aku masuk ke MTs N Padangan. 3 tahun di Padangan ku lalui dengan penuh penyesalan, dan setelah lulus dari MTs aku memutuskan untuk kembali ke Cepu. Namun sayangnya, di saat yang sama kamu malah memutuskan untuk kembali pulang ke Tulungagung untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di sana. Dan saat itu aku merasa apa yang aku lakukan sangat sia-sia.
Kamu tahu mengapa aku sangat menyesali peristiwa itu? Karena aku menyukaimu. Mengapa aku selalu meluangkan banyak waktuku untukmu? Karena aku menyukaimu. Mengapa aku selalu bersedia masuk di kelompok belajarmu? Karena aku menyukaimu, dan aku ingin selalu bersamamu. Apapun aku lakukan agar bisa selalu dekat denganmu. Aku memiliki perasaan lebih dari sekadar sahabat kepadamu. Aku menyukaimu. Tapi aku selalu memendam perasaanku itu, karena ku tahu kamu tak pernah sedikit pun tertarik kepadaku. Kamu menganggapku sebagai sahabat baikmu, dan kamu pernah berkata, "Sahabat lebih penting daripada kekasih". Berarti aku lebih penting dari pacarmu? Pantesan pacarmu dulu sering cemburu saat kita sedang bersama. Hahaha, just kidding kok.
Di tahun ketiga kamu meninggalkan kota Cepu ini, juga hati yang menghuninya, aku menuliskan surat untukmu. Hanya untuk kamu tahu saja bahwa dulu ada seorang sahabatmu yang pernah menyukaimu, walau waktu telah menghapus rasa itu. Namun sahabat tetaplah sahabat, yang akan selalu ada di hati masing-masig saat jarak memisahkan raga. Sahabat tetaplah sahabat, yang akan terus menjadi sahabat walau waktu bergulir tanpanya.
Dan aku bersyukur menjadi sahabatmu.
Ditulis oleh sahabat kecilmu, 14 Februari 2015.
Ini adalah tahun ke-3 kota Cepu hidup tanpa kehadiranmu. Ya, semua memang berjalan baik-baik saja. Namun mungkin ada satu dua hati yang terasa hampa semenjak kamu memutuskan untuk kembali ke kota kelahiranmu, Tulungagung. Kamu baik-baik saja bukan? Aku sering mendapat salam darimu melalui Widia. Terkadang aku tertawa saat menerima salam darimu, sebegitunya kah kamu mengingatku? Haha, wajar saja lah ya, kita kan sahabat?
Ada banyak hal yang masih ku ingat, walau semua sudah berlalu lebih dari 6 tahun yang lalu. Persahabatan kita, semua hal yang kita lakukan bersama. Kamu yang selalu memilih jalan pulang yang searah denganku, padahal ada jalan yang lebih dekat menuju rumahmu. Bermain dan belajar bersama sepulang sekolah, kamu selalu memintaku untuk masuk di kelompok belajarmu. Bahkan saat malam pun kamu rela datang ke rumahku untuk mengerjakan PR bersama. Padahal seingatku aku bukanlah siswa terpandai di kelas, lagi pula jarak rumahku ke rumahmu adalah yang paling jauh dibandingkan teman-teman yang lain. Dan masih banyak lagi hal yang kita lalui bersama yang bikin teman-teman lain iri dengan persahabatan kita.
Satu peristiwa yang sampai saat ini aku sesali, saat aku batal untuk menemanimu masuk di SMP N 3 Cepu. Padahal dulu akulah yang paling bersemangat mengajakmu untuk bersekolah di sana, dan aku berjanji akan terus bersama. Kita mendaftar bersama, mengikuti tes seleksi, dan akhirnya diterima. Tapi aku terpaksa mengundurkan diri karena aku harus mengikuti orang tuaku pindah ke Padangan. Dan begitulah akhirnya, kamu melanjutkan ke sana sendiri, sedangkan aku masuk ke MTs N Padangan. 3 tahun di Padangan ku lalui dengan penuh penyesalan, dan setelah lulus dari MTs aku memutuskan untuk kembali ke Cepu. Namun sayangnya, di saat yang sama kamu malah memutuskan untuk kembali pulang ke Tulungagung untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di sana. Dan saat itu aku merasa apa yang aku lakukan sangat sia-sia.
Kamu tahu mengapa aku sangat menyesali peristiwa itu? Karena aku menyukaimu. Mengapa aku selalu meluangkan banyak waktuku untukmu? Karena aku menyukaimu. Mengapa aku selalu bersedia masuk di kelompok belajarmu? Karena aku menyukaimu, dan aku ingin selalu bersamamu. Apapun aku lakukan agar bisa selalu dekat denganmu. Aku memiliki perasaan lebih dari sekadar sahabat kepadamu. Aku menyukaimu. Tapi aku selalu memendam perasaanku itu, karena ku tahu kamu tak pernah sedikit pun tertarik kepadaku. Kamu menganggapku sebagai sahabat baikmu, dan kamu pernah berkata, "Sahabat lebih penting daripada kekasih". Berarti aku lebih penting dari pacarmu? Pantesan pacarmu dulu sering cemburu saat kita sedang bersama. Hahaha, just kidding kok.
Di tahun ketiga kamu meninggalkan kota Cepu ini, juga hati yang menghuninya, aku menuliskan surat untukmu. Hanya untuk kamu tahu saja bahwa dulu ada seorang sahabatmu yang pernah menyukaimu, walau waktu telah menghapus rasa itu. Namun sahabat tetaplah sahabat, yang akan selalu ada di hati masing-masig saat jarak memisahkan raga. Sahabat tetaplah sahabat, yang akan terus menjadi sahabat walau waktu bergulir tanpanya.
Dan aku bersyukur menjadi sahabatmu.
Ditulis oleh sahabat kecilmu, 14 Februari 2015.
Komentar