Imam Ahmad bin Hanbal. Sumber: google.com Seorang murid yaitu Abu Hamid al-Khulqani pernah mendatangi Imam Ahmad bin Hanbal dan bertanya kepadanya: "Wahai Imam, apa pendapatmu tentang syair-syair yang ada kaitannya dengan syurga dan neraka?" Imam Ahmad menjawab: "Syair seperti apa? Bagaimana contohnya?" Untuk itu murid tersebut menanggapi dengan mendendangkan syair berikut ini: إذا ما قال لي ربي أما استحييت تعصيني وتُـخفي الذنبَ عن خلقيَ وبالعصيانِ تأتيني Idzaa maa qaala lii rabbi amastaḥyaita ta’shinii Wa tukhfidz dzanba ‘an khalqii wa bil ‘ishyaani ta’tinii (Jika Rabb-ku mengatakan kepadaku: “Tidak malukah kau bermaksiat kepada-Ku? Engkau menutupi dosa dari para makhluk-Ku, tapi malah dengan kemaksiatan kau mendatangi-Ku!”) فكيف أجيبُ يا ويحي ومن ذا سوف يحمين أسلي النفس بالآمالِ من حينٍ الى حيني Fa kaifa ujiibu yaa waiḥii wa man dzaa saufa yaḥmiinii Usalliin nafsa bil a’maali min ḥiinin ila ḥiinii (Maka bagaimana aku men
Sumber: Google “Lima ribu dapet apa?” Beberapa tahun yang lalu kalimat tersebut menjadi terkenal sejak ditayangkannya sebuah iklan di televisi yang menggunakan kalimat tersebut. Memang di zaman yang serba materialistik saat ini orang cenderung akan meremehkan uang lima ribu. Untuk kalangan mahasiswa di sekitar saya, lima ribu rupiah akan habis untuk satu kali jajan, dengan membeli segelas capcin, atau sebungkus molen unyil, atau satu cup jagung manis, atau sebungkus cilok. Tidak lebih. Namun ada salah satu pengalaman berharga saya tentang apa yang saya dapatkan dengan uang lima ribu rupiah. Begini ceritanya. Suatu hari saya keluar dari kelas mata kuliah Psikologi Kepribadian dengan perasaan lega bercampur kecewa. Lega karena dosen mata kuliah tersebut berhalangan hadir sehingga kuis dibatalkan, dan kelas hanya diisi dengan presentasi materi selanjutnya yang diawasi seorang dosen pengganti (bukan asisten dosen). Lebih melegakan lagi karena kelompok yang ditunjuk untuk m
Pas lagi gabut, tiba-tiba saya kepengen throwback kebiasaan lama saya: blogwalking . Akhirnya saya sampai ke sini => https://ryanbhuled.wordpress.com/2010/08/06/cerita-beras-dan-kuliah-filosofi-beras-untuk-pendidikan/ . Diceritakan oleh Penulis tentang permisalan antara kuliah dengan nasib beras. Silahkan baca sendiri untuk lebih lengkapnya. Sepulang saya dari blog itu, saya jadi ingat zaman saya awal-awal mengikuti Pramuka di SMK. Saat itu pembina kami adalah Kak Sutikno atau biasa kami panggil Kak Tik (semoga Allah melimpahkan kebaikan kepada beliau dan keluarga). Suatu sore, saya dan 23 teman saya berlatih untuk persiapan Lomba Pramuka Antar Penegak “RRSC Semar II” yang akan dilaksanakan di UNS Surakarta. Saat kami selesai berlatih dan beristirahat di area pendopo, Kak Tik datang menghampiri kami. “Saya tidak mau mengajari kalian Sandi Morse, Semaphore, baris-berbaris, atau yang lain-lainnya. Itu biasa, gampang. Saya yakin kalian bisa latihan sendiri,” kira-kira beg
Komentar