Apakah Kagum Itu Berbatas?

Hari ke-2 #PosCintaTribu7e 2017
Kepada @ASLAM149,

Bahagia itu sederhana, melihatmu terlambat masuk kelas kemudian duduk di salah satu bangku di barisan depan yang selalu dikosongin anak-anak. 
Apalagi kalo aku duduk di barisan kedua tepat dibelakang kursi yang kamu pilih. 😄 

Eh tapi jangan sering-sering juga, nanti aku malah nggak pernah fokus sama dosen gara-gara ada pemandangan mengagumkan dari kamu. 

Memasuki semester ke empat, aku masih saja menjadi pengagummu, sama seperti dahulu. Kamu boleh percaya atau tidak, aku sudah mengagumi sejak sebelum mengenalmu. Berawal ketika aku menemukan akunmu, pas jamannya kita masih "calon maba", dulu kamu me-mention akun @PKBMFPSi untuk menanyakan tentang salah satu atribut yang harus dipenuhi untuk mengikuti ospek fakultas. Didorong oleh rasa penasaran, kemudian aku stalk timelinemu, dan aku follow akunmu. Bahkan aku sempat iseng-iseng mencari namamu di facebook. Memang ketemu, dan aku sudah mengirim permintaan pertemanan, yang sampai sekarang belum kamu konfirmasi. Mau sampai kapan, Riz? Udah memasuki semester keempat ini 😂. 

Kita bertemu pertama kali di hari pertama ospek fakultas, saat kita berkumpul pagi-pagi sekali di teras perpustakaan pusat. Seorang laki-laki yang datang terlambat langsung menempatkan diri di ujung kanan barisan depan, tepat di sebelah kananku, membentuk barisan baru bersama beberapa lainnya yang juga datang terlambat. Tentu saja aku langsung dapat mengenali itu kamu, setelah beberapa hari sebelumnya aku stalk twittermu. Juga dari name tag yang kamu gunakan, yang tertera nama lengkap dan offering atau kelasmu. Suatu hal yang mengejutkan bagiku saat itu adalah ternyata kita kelak se-offering. Dari empat kelas yang ada, tidak pernah terpikir olehku bahwa kita akan ditempatkan di kelas yang sama, walau di hari-hari sebelum itu ada rasa penasaran untuk mengetahui bagaimana dirimu secara langsung.

Dari awal pertemuan itu, kesan pertama yang aku dapatkan: kamu menarik. Tiba-tiba saja aku seperti menjadi pengagum nomor satumu. Setiap gagasan-gagasan unik yang kamu sampaikan, yang kamu lakukan, ide-ide kreatif yang ada di kepalamu, penampilanmu, atau hal-hal lain yang bagi kebanyakan orang aneh adalah unik bagiku. Bahkan saat kamu menggrondongkan rambutmu atau saat kamu mencukurnya sampai habis alias plontos. Apa yang kamu lakukan selalu bisa membuatku tersenyum bahkan tertawa bahagia, seperti lusa ketika kamu ditunjuk untuk mempraktekkan teknik konseling saat mata kuliah KDK di depan kelas. Memang ya, rasa kagum bisa menjadi kacamata baru bagi di pengagum ketika melihat orang yang dikagumi, membuat orang yang dikagumi terlihat selalu sempurna di mata si pengagum.

Jika kamu ingat kejadian di akhir semester satu dulu, saat kamu keluar dari fakultas dan melewati aku, Yulia dan Samra yang sedang berfoto di depan fakultas. Kami menyapamu dan kamu membalas, “Gak pengen foto bareng aku a?”. Yulia langsung saja berkata, “Eh ayok sini, Riz, ini loh Silmi mau. Ayo, Sil, kapan lagi bisa foto sama Wariz?”. Tentu saja saat itu aku malu luar biasa, tapi berkat Yulia aku jadi punya foto sama kamu, yang sampai sekarang masih aku simpan (tapi ga pernah berani lihat, soalnya aku bakal jerit-jerit ga jelas tiap ngeliatnya, mirip fans pas ngeliat artis idolanya 😂).

Reaksiku yang berlebihan ketika melihat foto itu membuat Samra bertanya heran, “Kamu itu suka ya Sil sama Wariz?”. Iya, aku kagum sama kamu. Mungkin ini yang orang bilang witing tresno jalaran soko kulino. Aku suka sama kamu gara-gara sering stalking kamu sejak awal 😂.

Dan dari rasa suka itu, kadang-kadang aku jadi ngekhayal kalo kamu itu Zafran, dan aku Riani, yang mengagumi dirimu dari apa yang ada pada dirimu 😂 

Eh tapi setelah aku banyak berpikir, rasa sukaku ternyata memang hanya berhenti pada kekaguman. Cukup kagum.

Apa rasa kagum itu berbatas? 
Ya, dan batas itu karena kamu bukanlah tipeku. Di mataku sebagai pengagum, kamu memang sempurna. Namun untuk urusan cinta, sepertinya sempurna tidak selalu menjadi pemenang mutlak. 

Sebenarnya aku sendiri heran juga bingung, pengagum macam apa aku ini? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Idza Ma Qala Li Rabbi

Yang Bisa Didapatkan Dengan Lima Ribu Rupiah

Filosofi 'Adang Sego'